AKULTURASI
A.
Definisi akulturasi
Banyak para
ahli yang memberikan definisi tentang akulturasi, antara lain menurut pendapat
Harsoyo. Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika
kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu
dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian
menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu
kelompok atau kedua-duanya (Harsoyo).
Selain itu Akulturasi
adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya
sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
Contoh akulturasi: Saat budaya rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa
Jawa, sehingga menge-rap dengan menggunakan bahasa Jawa. Ini terjadi di acara
Simfoni Semesta Raya.
B.
Faktor-faktor yang mempengaruhi akulturasi
Terjadinya
akulturasi adalah perubahan sosial budaya dan struktur sosial serta pola budaya
dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang
terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai
dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Secara garis
besar, ada dua faktor yang menyebabkan akulturasi dapat terjadi, yaitu:
a.
Faktor Intern
Ø
Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran,
kematian, migrasi)
Ø
Adanya penemuan baru. Discovery penemuan ide
atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada. Invention penyempurnaan
penemuan baru. Innovation pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam
kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah
ada. Penemuan baru didorong oleh kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur
dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.
Ø
Konflik yang terjadi dalam masyarakat:
Ø
Pemberontakan atau revolusi
b.
Faktor Ekstern
Ø
Perubahan alam
Ø
Peperangan
Ø
Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi
(penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya yang masih terlihat
masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang
menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi).
Faktor-faktor
yang memperkuat potensi akulturasi dalam taraf individu adalah faktor-faktor
kepribadian seperti toleransi, kesamaan nilai, mau mengambil resiko, keluesan
kognitif, keterbukaan dan sebagainya. Dua budaya yang mempunyai nilai-nilai
yang sama akan lebih mudah mengalami akulturasi dibandingkan dengan budaya yang
berbeda nilai.
INTERNAKULTURAL
A.
Pengertian Internakultural
Internakultural
(komunikasi antarbudaya) menurut Stewart L. Tubbs, adalah komunikasi yang
terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (baik dalam
ras, etnik, atau sosioekonomi) atau gabungan dari semua perbedaan ini. Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang
dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Guo-Ming Chen
dan William J. Sartosa mengatakan bahwa internakultural adalah proses negosiasi
atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi
mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya
internakultural itu dilakukan:
1.
Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di
dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui
simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna
tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu
dinegosiasikan atau diperjuangkan;
2.
Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung
dari persetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan
dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama;
3.
Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak
terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;
4.
Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita
dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan
pelbagai cara.
B.
Fungsi-Fungsi Internakultural
1.
Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi
adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi
yang bersumber dari seorang individu.
a.
Menyatakan identitas sosial
Dalam proses internakultural terdapat beberapa
perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial.
Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan
nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun
sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat
pendidikan seseorang.
b.
Menyatakan integrasi sosial
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan
dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui
perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah
satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi
antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang
melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi
sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses
pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah saya memperlakukan anda
sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya
kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan
integrasi sosial atas relasi mereka.
c.
Menambah pengetahuan
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya
menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
d.
Melepaskan Diri atau Jalan Keluar
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk
melepaskan diri atau mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi.
Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi
menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.
Hubungan
komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai perilaku yang berbeda.
Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang
lain. Dalam hubungan komplementer, perbedaan di antara dua pihak
dimaksimumkan.Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang
saling bercermin pada perilaku lainnya.Perilaku satu orang tercermin pada
perilaku yang lainnya.
2.
Fungsi Sosial
a.
Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek
internakultural di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan
berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses internakultural fungsi ini
bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan.
Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarluaskan secara
rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu
terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
b.
Menjembatani
Dalam proses internakultural, maka fungsi komunikasi
yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas
perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui
pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan
tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini
dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
c.
Sosialisasi nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan
dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat
lain.
d.
Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses
internakultural. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di
taman kota yang terletak di depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan
tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.
C.
Prinsip-Prinsip Internakultural
a.
Relativitas bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan
perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir
tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik
bahasa memengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia
sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya
masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda
juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
b.
Bahasa sebagai cermin budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan
budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam
isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya,
makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan
ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih
banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak
salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
c.
Mengurangi ketidakpastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah
ketidakpastian dan ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita
berusaha mengurangi ketidakpastian ini sehingga kita dapat lebih baik
menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena
ketidakpastian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak
waktu dan upaya untuk mengurangi ketidakpastian dan untuk berkomunikasi secara
lebih bermakna.
d.
Kesadaran diri dan perbedaan antarbudaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar
kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai
konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali
membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin
terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu
berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.
e.
Interaksi awal dan perbedaan antarbudaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi
awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan
menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi
dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi
komunikasi antarbudaya.
f.
Memaksimalkan hasil interaksi
Dalam
internakultural seperti dalam semua komunikasi, kita berusaha memaksimalkan
hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989)
mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai
contoh, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan
memberikan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin
menghindarinya. Dengan demikian, misalnya anda akan memilih berbicara dengan
rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda ketimbang orang yang sangat
berbeda.
Kedua, bila
kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan
meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai
menarik diri dan mengurangi komunikasi.
Ketiga, kita
mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil
positif. Dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya,
pilihan topik, posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal yang anda
tunjukkan, dan sebagainya. Anda kemudian melakukan apa yang menurut anda akan
memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakukan apa yang menurut anda
akan memberikan hasil negatif.