Everything about me is beautiful gift From God

Monday, May 28, 2012

Wortel, Telur dan Kopi


Seorang wanita yang baru saja menikah datang pada ibunya dan mengeluh soal tingkah laku suaminya.
Setelah pesta pernikahan, baru ia tahu karakter asli sang suami. Keras kepala, suka bermalas malasan, boros dsb. Ibu muda itu berharap orangtuanya ikut menyalahkan suaminya. Namun betapa kagetnya ternyata ibunya diam saja. Bahkan sang ibu kemudian malah masuk ke dapur, sementara putrinya terus bercerita dan mengikutinya.

Sang ibu lalu memasak air. Setelah sekian lama, air mendidih. Sang ibu menuangkan air panas itu ke dalam 3 gelas yang telah disiapkan. Di gelas pertama ia masukkan telur. Di gelas kedua, ia taruh wortel. Dan di gelas ketiga, ia bubuhkan kopi. Setelah menunggu beberapa saat, ia mengangkat isi ketiga gelas tadi. Wortel yang keras menjadi lunak, telur yang mudah pecah menjadi keras dan kopi memancarkan aroma harum.

Lalu sang ibu menjelaskan, “Nak masalah itu bagaikan air mendidih. Namun, bagaimana sikap kitalah yang akan menentukan dampaknya. Kita bisa menjadi lembek seperti wortel, mengeras seperti telur, atau harum seperti kopi. Jadi wortel dan telur bukan mempengaruhi air, malah berubah oleh air, sementara kopi membuat air menjadi harum.”

Dalam tiap masalah, sebenarnya tersimpan mutiara iman yang berharga. Sangat mudah untuk bersyukur saat keadaan baik-baik saja. Tapi apakah kita dapat tetap percaya saat pertolongan Tuhan seolah tidak kunjung datang?





Hari ini kita belajar ada 3 reaksi orang saat masalah datang. Ada yang jadi lembek, suka mengeluh, dan mengasihi diri. Ada yang mengeras marah dan berontak pada Tuhan. Ada juga justru makin harum, makin taat dan berserah percaya padaNya.


Ada kalanya Tuhan sengaja menunda pertolonganNya. Apa tujuannya? Agar kita belajar percaya, tidak pernah ada masalah yang tidak bisa Dia selesaikan.

Dikutip dari http://giajemursarisurabaya.blogspot.com/2012/04/masalah-dan-iman.html
Read More

Ulat dan Pohon Mangga


Seekor ulat yang kelaparan terdampar di tanah tandus. Dengan lemas ia menghampiri pohon mangga sambil berkata, “Aku lapar, bolehkah aku makan daunmu?”

Pohon mangga menjawab, “Tanah di sini tandus, daunku pun tidak banyak. Apabila kau makan daunku, nanti akan berlubang dan tidak kelihatan cantik lagi. Lalu aku mungkin akan mati kekeringan. Hmmm… tapi baiklah, kau boleh naik dan memakan daunku. Mungkin hujan akan datang dan daunku akan tumbuh kembali.”

Ulat naik dan mulai makan daun-daunan. Ia hidup di atas pohon itu sampai menjadi kepompong dan akhirnya berubah menjadi kupu-kupu yang cantik.

“Hai pohon mangga, lihatlah aku sudah menjadi kupu-kupu. Terima kasih karena telah mengizinkan aku hidup di tubuhmu. Sebagai balas budi, aku akan membawa serbuk sari hingga bungamu dapat berbuah.”

Dalam hidup kita sering memperhitungkan untung rugi pengorbanan yang dilakukan. “Jika saya memberi, saya akan kekurangan. Bagaimana mengatasinya?” Atau, “Bagaimana kalau ternyata saya ditipu?”
Tapi sadarkah kita, setiap kita memberi, ada sepercik sukacita di hati? Mother Teresa pernah berkata, “Lakukan apa yang menjadi bagianmu, dan jangan berpikir apa yang akan kita dapat.” Bila ingin memberi, lakukan saja karena semuanya akan kembali ke kita juga.

Dikutip dari http://giajemursarisurabaya.blogspot.com/2012/05/ulat-dan-pohon-mangga.html

Read More

Tulang Rusuk


Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Raka dan Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya,tentang cinta.

Tulang Rusuk
Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati.”

Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera. Hidup mereka menjadi membosankan.

Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah.

Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak, ”Kamu nggak cinta lagi sama aku!” Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara spontan balik berteriak, “Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!”

Tiba-tiba Dara menjadi terdiam, berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar. Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali.

Dengan berlinang air mata, Dara kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. “Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing. “

Lima tahun berlalu. Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara. Dara pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula. Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak menunggunya.

Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara. Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu.

Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.

Raka : Apa kabar?
Dara : Baik… ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat.
Dara : Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang berubah.

Dara tersenyum manis, lalu berlalu….” Good bye….”

Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan, mati. Malam itu, sekali lagi, Raka mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.

“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal”

Dikutip daro http://nyurian.wordpress.com/2008/09/28/cerita-tentang-tulang-rusuk/
Read More

Monday, May 28, 2012

Wortel, Telur dan Kopi


Seorang wanita yang baru saja menikah datang pada ibunya dan mengeluh soal tingkah laku suaminya.
Setelah pesta pernikahan, baru ia tahu karakter asli sang suami. Keras kepala, suka bermalas malasan, boros dsb. Ibu muda itu berharap orangtuanya ikut menyalahkan suaminya. Namun betapa kagetnya ternyata ibunya diam saja. Bahkan sang ibu kemudian malah masuk ke dapur, sementara putrinya terus bercerita dan mengikutinya.

Sang ibu lalu memasak air. Setelah sekian lama, air mendidih. Sang ibu menuangkan air panas itu ke dalam 3 gelas yang telah disiapkan. Di gelas pertama ia masukkan telur. Di gelas kedua, ia taruh wortel. Dan di gelas ketiga, ia bubuhkan kopi. Setelah menunggu beberapa saat, ia mengangkat isi ketiga gelas tadi. Wortel yang keras menjadi lunak, telur yang mudah pecah menjadi keras dan kopi memancarkan aroma harum.

Lalu sang ibu menjelaskan, “Nak masalah itu bagaikan air mendidih. Namun, bagaimana sikap kitalah yang akan menentukan dampaknya. Kita bisa menjadi lembek seperti wortel, mengeras seperti telur, atau harum seperti kopi. Jadi wortel dan telur bukan mempengaruhi air, malah berubah oleh air, sementara kopi membuat air menjadi harum.”

Dalam tiap masalah, sebenarnya tersimpan mutiara iman yang berharga. Sangat mudah untuk bersyukur saat keadaan baik-baik saja. Tapi apakah kita dapat tetap percaya saat pertolongan Tuhan seolah tidak kunjung datang?





Hari ini kita belajar ada 3 reaksi orang saat masalah datang. Ada yang jadi lembek, suka mengeluh, dan mengasihi diri. Ada yang mengeras marah dan berontak pada Tuhan. Ada juga justru makin harum, makin taat dan berserah percaya padaNya.


Ada kalanya Tuhan sengaja menunda pertolonganNya. Apa tujuannya? Agar kita belajar percaya, tidak pernah ada masalah yang tidak bisa Dia selesaikan.

Dikutip dari http://giajemursarisurabaya.blogspot.com/2012/04/masalah-dan-iman.html

Ulat dan Pohon Mangga


Seekor ulat yang kelaparan terdampar di tanah tandus. Dengan lemas ia menghampiri pohon mangga sambil berkata, “Aku lapar, bolehkah aku makan daunmu?”

Pohon mangga menjawab, “Tanah di sini tandus, daunku pun tidak banyak. Apabila kau makan daunku, nanti akan berlubang dan tidak kelihatan cantik lagi. Lalu aku mungkin akan mati kekeringan. Hmmm… tapi baiklah, kau boleh naik dan memakan daunku. Mungkin hujan akan datang dan daunku akan tumbuh kembali.”

Ulat naik dan mulai makan daun-daunan. Ia hidup di atas pohon itu sampai menjadi kepompong dan akhirnya berubah menjadi kupu-kupu yang cantik.

“Hai pohon mangga, lihatlah aku sudah menjadi kupu-kupu. Terima kasih karena telah mengizinkan aku hidup di tubuhmu. Sebagai balas budi, aku akan membawa serbuk sari hingga bungamu dapat berbuah.”

Dalam hidup kita sering memperhitungkan untung rugi pengorbanan yang dilakukan. “Jika saya memberi, saya akan kekurangan. Bagaimana mengatasinya?” Atau, “Bagaimana kalau ternyata saya ditipu?”
Tapi sadarkah kita, setiap kita memberi, ada sepercik sukacita di hati? Mother Teresa pernah berkata, “Lakukan apa yang menjadi bagianmu, dan jangan berpikir apa yang akan kita dapat.” Bila ingin memberi, lakukan saja karena semuanya akan kembali ke kita juga.

Dikutip dari http://giajemursarisurabaya.blogspot.com/2012/05/ulat-dan-pohon-mangga.html

Tulang Rusuk


Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Raka dan Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya,tentang cinta.

Tulang Rusuk
Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati.”

Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera. Hidup mereka menjadi membosankan.

Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah.

Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak, ”Kamu nggak cinta lagi sama aku!” Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara spontan balik berteriak, “Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!”

Tiba-tiba Dara menjadi terdiam, berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar. Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali.

Dengan berlinang air mata, Dara kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. “Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing. “

Lima tahun berlalu. Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara. Dara pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula. Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak menunggunya.

Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara. Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu.

Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.

Raka : Apa kabar?
Dara : Baik… ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat.
Dara : Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang berubah.

Dara tersenyum manis, lalu berlalu….” Good bye….”

Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan, mati. Malam itu, sekali lagi, Raka mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.

“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal”

Dikutip daro http://nyurian.wordpress.com/2008/09/28/cerita-tentang-tulang-rusuk/

Popular Posts

Blogroll

Happy Apple

Blogger news

Search This Blog

Powered by Blogger.

© gp GETRUDE blog, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena