Logoterapi pertama diperkenalkan
oleh Frankle. "Logos" dalam bahasa Yunani berarti makna atau arti
(meaning), tetapi dapat juga menunjukkan sesuatu yang bersifat rohaniah,
spiritual. Sehingga, logoterapi dimaksudkan sebagai corak psikologi yang
dilandasi pengakuan mengenai manusia memiliki dimensi rohanian selain dimensi
jasmania. Logoterapi berasumsi bahwa makna hidup dan hasrat untuk hidup
merupakan daya pendorong atau motivasi utama manusia untuk mencapai kehidupan
yang penuh makna. Logoterapi memandang manusia sebagai totalitas yang terdiri
dari tiga dimensi; fisik, psikis, spiritual. Untuk memahami diri dan kesehatan,
kita harus memperhitungkan ketiganya. Selama ini dimensi spiritual diserahkan
pada agama, dan pada gilirannya agama tidak diajak bicara untuk urusan fisik
dan psikilogis. Kedokteran, termasuk psikologi telah mengabaikan dimensi
spiritual sebagai sumber kesehatan dan kebahagiaan(Jalaluddin Rahmat, 2004).
Menurut ajaran logoterapi, bahwa
kehidupan ini mempunyai makna dalam keadaan apapun dan bagaimanapun, termasuk
dalam penderitaaan sekalipun, hasrat hidup bermakna merupakan motivasi utama
dalam kehidupan ini, Manusia memiliki kebebasan dalam upaya menemukan makna
hidup, yakni melalui karya-karya yang diciptakannya, hal-hal yang dialami dan
dihayati -termasuk cinta kasih-, atau dalam setiap sikap yang diambil terhadap
keadaan dan penderitaan yang tidak mungkin terelakkan. Manusia dihadapkan dan
diorientasikan kembali kepada makna, tujuan dan kewajiban hidupnya. Kehidupan tidak
selalu memberikan kesenangan kepada kita, tetapi senantiasa menawarkan makna
yang harus kita jawab. Tujuan hidup buka nlah untuk mencapai keseimbangan tanpa
tegangan, melainkan sering dalam kondisi tegangan antara apa yang kita hayati
saat ini dengan prospek kita di masa depan. Logoterapi memperteguh daya tahan
psikis kita untuk menghadapi berbagai kerawanan hidup yang kita alami. Dalam
prakteknya logoterapi dapat mengatasi kasus fobia dengan menggunakan teknik
“paradoxical intention”, yaitu mengusahakan agar orang mengubah sikap dari yang
semula memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self detachment) terhadap
keluhan sendiri, kemudian memandangnya secara humoritas. Logoterapi juga dapat
diterapkan pada kasus-kasus frustasi eksistensial, kepapaan hidup, kehampaan
hidup, tujuannya adalah membantu kita untuk menyadari adanya daya spiritual
Yang terdapat pada setiap orang, agar terungkap nyata (actual) yang semula
biasanya ditekan (repressed), terhambat (frustasi) dan diingkari. Energi
spiritual tersebut perlu dibangkitkan agar tetap teguh menghadapi setiap
kemalangan dan derita.
Tiga Fungsi Manusia menurut Logoterapi
1.Kesadaran dan Ketidaksadaran
2.Hati Nurani
3.Makna
Hakikat Manusia dalam Logoterapi
1. Menurut Frankl manusia merupakan kesatuan utuh dimensi ragawi,
kejiwaan dan spiritual. Unitas bio-psiko-spiritual.
2. Frankl menyatakan bahwa manusia memilik dimensi spiritual
yang terintegrasi dengan dimensi ragawai dan kejiwaan. Oleh karena itulah
Frankl menggunakan istilah noetic sebagai padanan dari spirituality, supaya
tidak disalahpahami sebagai konsep agama.
3. Dengan adanya dimensi noetic ini manusia mampu melakukan self-detachment,
yakni dengan sadar mengambil jarak terhadap dirinya serta mampu meninjau dan
menilai dirinya sendiri.
4. Manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap dunia luar serta
senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia dalam lingkungan sosial-budaya serta
mampu mengolah lingkungan fisik di sekitarnya.
Sumber:
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta:
Kanisius.