Definisi
Terapi psikoanalitik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi”
dan “psikoanalitik”. Secara eksplisit, “terapi” dalam psikologi berarti
perawatan masalah-masalah tingkah laku. Sedangkan “psikoanalitik” merujuk pada
metode psikoterapi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud.
Dengan demikian, terapi psikoanalitik dapat dipahami sebagai
perawatan yang dikembangkan oleh Freud, dengan memusatkan perhatian pada
pengidentifikasian penyebab-penyebab tak sadar dari tingkah laku abnormal
dengan menggunakan metode hipnotis, asosiasi bebas, analisis mimpi,
transferensi, dan penafsiran.
Metode
Dalam psikoanalsis Freud, metode diterjemahkan sebagai cara
yang digunakan untuk membantu pasien dalam memperoleh pemahaman mengenai
konflik-konflik tak sadar yang dia alami sekaligus memecahkannya.
Secara umum, ada sekitar lima metode yang digunakan Freud,
yaitu hipnotis (pada masa awal), asosiasi bebas, analisis mimpi, transferensi,
dan penafsiran.
a. Hipnotis
Awal kemunculan hipnotis diperkirakan sekitar tahun 1700-an,
ketika itu, seorang dokter Wina bernama Franz Anton Mesmer memperlihatkan suatu
teknik animal magnetism, tapi kemudian berubah menjadi hipnotisme karena
penekanan dari teknik tersebut dialihkan untuk menimbulkan suatu keadaan
kesadaran yang berubah melalui sugesti verbal.
Freud berpikir dan menyimpulkan bahwa apapun faktor
psikologis yang menyebabkan histeria, faktor-faktor itu pasti terletak di luar
area kesadaran. Dan pada saat itulah, Freud belajar dan menggunakan hipnotis
untuk melihat alam tak sadar manusia.
Hipnotis adalah suatu
prosedur yang menyebabkan sensasi, persepsi, pikiran, perasaan, atau tingkah
laku berubah karena disugesti. Huffman, dkk. (1997) seperti ditulis Semiun (h.
555) mengidentifikasi individu yang dihipnotis, bahwa dia yang dihipnotis itu:
- perhatiannya dipersempit dan terfokus,
- menjadikannya sangat mudah menggunakan imajinasi
dan pelbagai halusinasi,
- sikap individu itu menjadi pasif dan reseptif,
- tanggapan terhadap rasa sakit berkurang,
- sangat mudah sekali disugesti, dengan kata lain,
kesediannya untuk mengadakan respon terhadap perubahan-perubahan persepsi
meningkat.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008), kita akan temukan bahwa
hipnotis itu suatu perbuatan yang membuat atau menyebabkan seseorang berada
dalam keadaan hipnosis, yaitu keadaan seperti tidur karena sugesti, yang dalam
taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan
sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali. Dalam
terapi psikoanalitik, hipnotis digunakan oleh Freud pada tahap awal
kepraktikannya bersama seorang neurolog Prancis kenamaan Jean Charcot dan
dokter asal Wina Josef Breuer saat menangani pasien yang mengidap histeria.
b. Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas secara sederhana didefinisikan sebagai bicara
bebas, yaitu sesuatu yang tidak lebih dari berbicara tentang apa yang terlintas
dalam pikiran, beralih dari satu topik menuju topik lain dalam suatu urutan
yang bergerak bebas serta tidak mengikuti agenda tertentu.
Dijelaskan kemudian, bahwa asosiasi bebas merupakan proses
mengatakan apapun yang terlintas dalam pikiran secara bebas, berkaitan dengan
mimpi, fantasi, atau konflik tanpa memberikan komentar apapun. Sedangkan Goble
(1991: 137), menjelaskan asosiasi bebas sebagai suatu teknik di mana pasien,
dalam keadaan rileks, biasanya berbaring di atas dipan, berbicara tentang apa
saja yang melintas dalam pikirannya, tanpa terlalu banyak dipotong.
c. Analisis Mimpi
Mimpi, dipercaya Freud sebagai “jalan yang sangat baik
menuju ketaksadaran”. Hal tersebut didasari kepercayaan Freud bahwa mimpi itu
perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran
lewat yang tersamar. Dalam hal ini, mimpi mengandung muatan manifes atau
manifest content dan content latent atau muatan laten. Yang disebut pertama
merupakan materi mimpi yang dialami dan dilaporkan. Sedangkan yang disebut
kemudian, ialah materi bawah sadar yang disimbolisasikan atau diwakili oleh
mimpi.
Sebagai contoh, Tedi bermimpi terbang menaiki Garuda
Indonesia. “Terbang” adalah muatan yang tampak atau muatan manifes dari mimpi.
Freud percaya bahwa “terbang” merupakan simbol dari ereksi, jadi mungkin muatan
laten dari mimpi merefleksikan isi bawah sadar yang berkaitan dengan ketakutan
akan impotensi.
Analisis mimpi, sebenarnya lebih dapat dipahami sebagai
suatu bentuk asosiasi bebas, tapi dalam konsep Freud, mimpi merupakan suatu
bentuk kegiatan mental yang sangat terorganisasi sehingga patut diperhatikan
secara khusus.
d. Transferensi
Dalam psikoanalitik Freud, transferensi berarti proses
pemindahan emosi-emosi yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak
oleh pasien kepada terapis. Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat
berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketaksadaran pasien karena alat ini
mendorong pasien untuk menghidupkan kembali pelbagai pengalaman emosional dari
tahun-tahun awal kehidupannya.
Transferensi pada tahap yang paling kritis berefek abreaksi
(pelepasan tegangan emosional) pada pasien. Efek lain yang mungkin, ada dua,
yaitu positif dan negatif. Positif: saat pasien secara terbuka mentransferkan
perasaan-perasaannya sehingga menyebabkan kelekatan, ketergantungan, bahkan
cinta kepada terapis. Negatif: tatkala kebencian, ketidaksabaran, dan kadang-kadang
perlawanan yang keras terhadap terapis. Dan ini dapat berefek fatal terhadap
proses terapi.
e. Penafsiran
Penafsiran itu sendiri adalah penjelasan dari psikoanalis
tentang makna dari asosiasi-asosiasi, pelbagai mimpi, dan transferensi dari
pasien. Sederhananya, yaitu setiap pernyataan dari terapis yang menafsirkan
masalah pasien dalam suatu cara yang baru. Penafsiran oleh analis harus
memperhatikan waktu. Dia harus dapat memilah atau memprediksi kapan waktu yang
baik dan tepat untuk membicarakan penafsirannya kepada pasien.
Karena penafsiran merupakan masalah yang begitu kritis,
analis harus benar-benar menyadari mekanisme-mekanisme dan pelbagai dorongan
untuk mempertahankan dirinya sebab kalau tidak dia akan jatuh ke dalam
perangkap penafsiran terhadap pelbagai perasaan dan pikiran dinamik pasien
menurut sederet pengalaman dan masalah hidup analis sendiri. Inilah alasannya
mengapa psikoanalis harus menjalani analisis diri pribadi.
Kelebihan Dan Kekurangan Terapi Psikoanalisis
Kelebihan
· Terapi ini memiliki dasar teori yang kuat. · Dengan terapi
ini terapis bisa lebih mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya
dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien.
· Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang
selama ini tidak disadarinya.
Kekurangan
· Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang
· Memakan banyak biaya bagi klien
· Karena waktunya lama, bisa membuat klien menjadi jenuh
· Diperlukan terapis yang benar-benar terlatih untuk
melakukan terapi
Sumber:
Naisaban, L. (2004). Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat
Hidup, Pokok Pikiran, Dan Karya. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.