Apa itu Rational Emotive Therapy?
Rational Emotive Therapy adalah
aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan
potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional
dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri,
berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain,
serta tumbuh dan mengaktualisasikan diri. Akan tetapi, manusia juga memiliki
kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran,
berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan secara tak berkesudahan,
takhayul, intoleransi, perfeksionisme, dan mencela diri, serta menghindari
pertumbuhan dan aktualisasi diri. Memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk
merusak diri sendiri, menghindar dari memikirkan sesuatu , menunda-nunda,
berulang-ulang melakukan kesalahan, dan lain-lain.
RET menegaskan bahwa manusia
memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi
dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakat. Manusia
dilahirkan dengan kecenderungan untuk mendesakkan pemenuhan keinginan-keinginan,
tuntutan-tuntutan, hasrat-hasrat, dan kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Jika
tidak segera mencapai apa yang diinginkannya, manusia mempersalahkan dirinya
sendiri ataupun orang lain.
RET menekankan bahwa manusia
berpikir, beremosi, dan bertindak secara stimulan. Jarang manusia beremosi
tanpa berpikir, sebab perasaan- perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas
suatu situasi yang spesifik.
Menurut Allbert Ellis, manusia
bukanlah makhluk yang sepenuhnya ditentukan secara biologis dan didorong oleh
naluri-naluri. Ia melihat individu sebagai makhluk unik dan memiliki kekuatan
untuk memahami keterbatasan-keterbatasan, untuk mengubah pandangan-pandangan
dan nilai-nilai dasar yang telah diintroyeksikannya secara tidak kritis pada
masa kanak-kanak, dan untuk mengatasi kecenderungan-kecenderungan menolak diri
sendiri.
Unsur pokok RET adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan dua
proses yang terpisah Menurut Ellis, Pikiran
dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam prakteknya
kedua hal itu saling terkait. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh
pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu
proses sikap dan kognitif yang intristik. Pikiran-pikiran seseorang dapat
menjadi emosi seseorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu dapat
menjadi pemikiran seseorang. Atau dengan kata lain, pikiran mempengaruhi emosi
dan sebaliknya emosi mempengarulu pikiran. Pikiran seseorang dapat menjadi
emosinya, dan emosi dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi pikiran.
Pandangan yang penting dari teori
rasional-emotif adalah konsep hahwa banyak perilaku emosional individu yang
berpangkal pada “self-talk:” atau “omong diri” atau internatisasi
kalimat-kalimat yaitu orang yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang
pikiran dan emosi yang bersifat negatif. Adanya orang-orang yang seperti itu,
menurut Eilis adalah karena:
- terlalu bodoh untuk berpikir secara jelas,
- orangnya cerdas tetapi tidak tahu bagaimana berpikir secara cerdas tetapi tidak tahu bagaimana berpikir secara jelas dalam hubungannya dengan keadaan emosi,
- orangnya cerdas dan cukup berpengetahuan tetapi terlalu neurotik untuk menggunakan kecerdasan dan pengetahuan seeara memadai.
Sumber:
0 comments:
Post a Comment