Everything about me is beautiful gift From God

Monday, April 15, 2013

Logoterapi


Logoterapi pertama diperkenalkan oleh Frankle. "Logos" dalam bahasa Yunani berarti makna atau arti (meaning), tetapi dapat juga menunjukkan sesuatu yang bersifat rohaniah, spiritual. Sehingga, logoterapi dimaksudkan sebagai corak psikologi yang dilandasi pengakuan mengenai manusia memiliki dimensi rohanian selain dimensi jasmania. Logoterapi berasumsi bahwa makna hidup dan hasrat untuk hidup merupakan daya pendorong atau motivasi utama manusia untuk mencapai kehidupan yang penuh makna. Logoterapi memandang manusia sebagai totalitas yang terdiri dari tiga dimensi; fisik, psikis, spiritual. Untuk memahami diri dan kesehatan, kita harus memperhitungkan ketiganya. Selama ini dimensi spiritual diserahkan pada agama, dan pada gilirannya agama tidak diajak bicara untuk urusan fisik dan psikilogis. Kedokteran, termasuk psikologi telah mengabaikan dimensi spiritual sebagai sumber kesehatan dan kebahagiaan(Jalaluddin Rahmat, 2004).
Menurut ajaran logoterapi, bahwa kehidupan ini mempunyai makna dalam keadaan apapun dan bagaimanapun, termasuk dalam penderitaaan sekalipun, hasrat hidup bermakna merupakan motivasi utama dalam kehidupan ini, Manusia memiliki kebebasan dalam upaya menemukan makna hidup, yakni melalui karya-karya yang diciptakannya, hal-hal yang dialami dan dihayati -termasuk cinta kasih-, atau dalam setiap sikap yang diambil terhadap keadaan dan penderitaan yang tidak mungkin terelakkan. Manusia dihadapkan dan diorientasikan kembali kepada makna, tujuan dan kewajiban hidupnya. Kehidupan tidak selalu memberikan kesenangan kepada kita, tetapi senantiasa menawarkan makna yang harus kita jawab. Tujuan hidup buka nlah untuk mencapai keseimbangan tanpa tegangan, melainkan sering dalam kondisi tegangan antara apa yang kita hayati saat ini dengan prospek kita di masa depan. Logoterapi memperteguh daya tahan psikis kita untuk menghadapi berbagai kerawanan hidup yang kita alami. Dalam prakteknya logoterapi dapat mengatasi kasus fobia dengan menggunakan teknik “paradoxical intention”, yaitu mengusahakan agar orang mengubah sikap dari yang semula memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self detachment) terhadap keluhan sendiri, kemudian memandangnya secara humoritas. Logoterapi juga dapat diterapkan pada kasus-kasus frustasi eksistensial, kepapaan hidup, kehampaan hidup, tujuannya adalah membantu kita untuk menyadari adanya daya spiritual Yang terdapat pada setiap orang, agar terungkap nyata (actual) yang semula biasanya ditekan (repressed), terhambat (frustasi) dan diingkari. Energi spiritual tersebut perlu dibangkitkan agar tetap teguh menghadapi setiap kemalangan dan derita.

Tiga Fungsi Manusia menurut Logoterapi
1.Kesadaran dan Ketidaksadaran
2.Hati Nurani
3.Makna

Hakikat Manusia dalam Logoterapi
1. Menurut Frankl manusia merupakan kesatuan utuh dimensi ragawi, kejiwaan dan spiritual. Unitas bio-psiko-spiritual.
2. Frankl menyatakan bahwa manusia memilik dimensi spiritual yang terintegrasi dengan dimensi ragawai dan kejiwaan. Oleh karena itulah Frankl menggunakan istilah noetic sebagai padanan dari spirituality, supaya tidak disalahpahami sebagai konsep agama.
3. Dengan adanya dimensi noetic ini manusia mampu melakukan self-detachment, yakni dengan sadar mengambil jarak terhadap dirinya serta mampu meninjau dan menilai dirinya sendiri.
4. Manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap dunia luar serta senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia dalam lingkungan sosial-budaya serta mampu mengolah lingkungan fisik di sekitarnya.


Sumber:
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
Read More

Monday, March 25, 2013

Terapi Client Centered

Carl Rogers merupakan tokoh yang  mengembangkan terapi client centered. Menurut Rogers kesulitan penyesuaian diri (maladjustment) terjadi bila terdapat kesenjangan yang jauh antara ideal selves dgn real selves sehingga menyakitkan

Tujuan dari terapi client centered adalah  : mengurangi kesenjangan & rasa sakit yg disebabkan dqan  menciptakan iklim kondusif bagi usaha klien untuk menjadi pribadi yang berfungsi penuh


Terapi Client Centered mencoba membantu klien dg memfasilitasi kesadaran klien dengan cara memelihara hubungan klien-terapis. Setiap orang mempunyai sumber-sumber dan kekuatan untuk mengatasi masalahnya sendiri. Secara alamiah setiap orang termotivasi untuk mengembangkan potensi-potensinya dan mencapai aktualisasi diri.
Tonggak terapi client centered adalah beranggapan bahwa klien dalam hubungannya dengan terapis yg menunjang, memiliki kesanggupan untuk menentukan & menjernihkan tujuan-tujuannya sendiri.

Klien dengan segera belajar bahwa dia bertanggung jawab atas dirinya sendiri & bahwa dia bisa belajar lebih bebas untuk memperoleh pemahaman diri yg lebih besar.

3 ciri pribadi terapis
Keselarasan atau kesejatian
         terapis tampil nyata, terintegrasi, bersikap spontan, sanggup menyatakan kemarahan, kekecewaan, kesukaan, ketertarikan dll

Perhatian positif tak bersyarat
         perhatian yg mendalam & tulus, tidak dicampuri oleh evaluasi atau penilaian perasaan, pemikiran & tingkahlaku klien sbg baik atau buruk
Pengertian empatik yang akurat
         mengerti secara peka perasaan & pengalaman klien.

Kelemahan terapi client centered terletak pada cara sejumlah pemraktek menyalahtafsirkan atau menyederhanakan sikap2 sentral dari posisi client centered


Sumber
Findryawati.staff.gunadarma.ac.id
Read More

Terapi Humanistik Eksistensial


Terapi humanistik eksistensial lebih memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaman sadar dan juga lebih memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa sekarang bukan pada masa lampau.

Pada dasarnya terapi eksistensial memiliki tujuan untuk meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.

Dalam buku Teori dan Praktek Konseling Psikoterapi oleh Gerald Corey pada tahun 1999, terapi eksistensial juga bertujuan membantu klien menghadapi kecemasan sehubungan dengan pemilihan nilai dan kesadaran bahwa dirinya bukan hanya sekedar korban kekuatan-kekuatan determinisik dari luar dirinya. Terapi eksistensial memiliki cirinya sendiri oleh karena pemahamannya bahwa tugas manusia adalah menciptakan eksistensinya yang bercirikan integritas dan makna.

Fungsi dan Peran Terapis
Tugas utama dari seorang terapis adalah berusaha memahami keberadaan klien dalam dunia yang dimilikinya. Tugas terapis diantaranya adalah membantu klien agar menyadari keberadaanya dalam dunia: “Ini adalah saat ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di dunia yang mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia”. Peran terapis sebagai ”spesialis mata ketimbang pelukis”, yang bertugas memperluas dan memperlebar lapangan visual pasien.

Penerapan Teknik dan Prosedur Terapeutik
Pendekatan eksistensial pada dasarnya tidak memiliki perangkat teknis yang siap pakai seperti kebanyakan pendekatan lainya. Pendekatan ini bisa menggunakan beberapa teknik dan konsep psikoanalitik, juga bisa menggunakan teknik kognitif-behavioral. Metode yang berasal dari Gestalt dan analis Transaksional pun sering digunakan. Akan tetapi pada intinya, teknik dari pendekatan ini adalah penggunaan kemampuan dari pribadi terapis itu sendiri.

Pada saat terapis menemukan keseluruhan dari diri klien, maka saat itulah proses terapeutik berada pada saat yang terbaik. Penemuan kreatifitas diri terapis muncul dari ikatan saling percaya dan kerjasama yang bermakna dari klien dan terapis.

Proses konseling oleh para eksistensial meliputi tiga tahap. Dalam tahap pendahuluan, konselor membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercermin pada eksistensi mereka dan meneliti peran mereka dalam hal pencitpaan masalah dalam kehidupan mereka.

Pada tahap pertengahan, klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dari system mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.

Tahap Terakhir berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupanya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaaan kebebasan pribadinya.



Bentuk Terapi Berdasarkan Jumlah Klien
• Client centered therapy (Rogers)
– Fokus pada klien dg asumsi bhw klien merupakan pakar yang terbaik
bagi dirinya sendiri untuk menyelesaikan masalahnya
– Terapis sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah.

Terapi ini disebut juga client centered therapy atau terapi nondirektif. Teknik ini awalnya dipakai Carl Rogers pada tahun 1942. Teknik ini dipakai secara lebih terbatas pada terapi mahasiwa dan orang-orang dewasa muda lain yang mengalami masalah-masalah penyesuaian diri yang sederhana.
Pendekatan humanistik Rogers terhadap terapi person centered therapy membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik.Rogers berpendapat bahw terapis tidak boleh memaksakan tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang dimilikinya kepada pasien.

• Group therapy
– Memberi kesempatan bagi klien untuk memecahkan masalahnya
dengan kehadiran orang lain untuk mengamati bagaimana reaksi
orang atas perilaku mereka

• Encounter group (kelompok pertemuan)
– Pemecahan masalah untuk mengkaji pengalaman antara para anggota

• Family therapy
– Mengatasi masalah2 keluarga

Kelebihan

  • Efisien
  • Efektif
  • Didukung oleh teknis2 yang telah diuji secara empiris
  • empiris
  • Dapat digunakan secara luas

Sumber:
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius
http://www.psikologizone.com/konseling-terapi-pendekatan-eksistensial/06511676


Read More

Terapi Psikoanalisa


Definisi
Terapi psikoanalitik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “psikoanalitik”. Secara eksplisit, “terapi” dalam psikologi berarti perawatan masalah-masalah tingkah laku. Sedangkan “psikoanalitik” merujuk pada metode psikoterapi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud.
Dengan demikian, terapi psikoanalitik dapat dipahami sebagai perawatan yang dikembangkan oleh Freud, dengan memusatkan perhatian pada pengidentifikasian penyebab-penyebab tak sadar dari tingkah laku abnormal dengan menggunakan metode hipnotis, asosiasi bebas, analisis mimpi, transferensi, dan penafsiran.

Metode
Dalam psikoanalsis Freud, metode diterjemahkan sebagai cara yang digunakan untuk membantu pasien dalam memperoleh pemahaman mengenai konflik-konflik tak sadar yang dia alami sekaligus memecahkannya.
Secara umum, ada sekitar lima metode yang digunakan Freud, yaitu hipnotis (pada masa awal), asosiasi bebas, analisis mimpi, transferensi, dan penafsiran.

a. Hipnotis
Awal kemunculan hipnotis diperkirakan sekitar tahun 1700-an, ketika itu, seorang dokter Wina bernama Franz Anton Mesmer memperlihatkan suatu teknik animal magnetism, tapi kemudian berubah menjadi hipnotisme karena penekanan dari teknik tersebut dialihkan untuk menimbulkan suatu keadaan kesadaran yang berubah melalui sugesti verbal.
Freud berpikir dan menyimpulkan bahwa apapun faktor psikologis yang menyebabkan histeria, faktor-faktor itu pasti terletak di luar area kesadaran. Dan pada saat itulah, Freud belajar dan menggunakan hipnotis untuk melihat alam tak sadar manusia.
 Hipnotis adalah suatu prosedur yang menyebabkan sensasi, persepsi, pikiran, perasaan, atau tingkah laku berubah karena disugesti. Huffman, dkk. (1997) seperti ditulis Semiun (h. 555) mengidentifikasi individu yang dihipnotis, bahwa dia yang dihipnotis itu:
  •        perhatiannya dipersempit dan terfokus,
  •        menjadikannya sangat mudah menggunakan imajinasi dan pelbagai halusinasi,
  •        sikap individu itu menjadi pasif dan reseptif,
  •        tanggapan terhadap rasa sakit berkurang,
  •        sangat mudah sekali disugesti, dengan kata lain, kesediannya untuk mengadakan respon terhadap perubahan-perubahan persepsi meningkat.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008), kita akan temukan bahwa hipnotis itu suatu perbuatan yang membuat atau menyebabkan seseorang berada dalam keadaan hipnosis, yaitu keadaan seperti tidur karena sugesti, yang dalam taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali. Dalam terapi psikoanalitik, hipnotis digunakan oleh Freud pada tahap awal kepraktikannya bersama seorang neurolog Prancis kenamaan Jean Charcot dan dokter asal Wina Josef Breuer saat menangani pasien yang mengidap histeria.

b. Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas secara sederhana didefinisikan sebagai bicara bebas, yaitu sesuatu yang tidak lebih dari berbicara tentang apa yang terlintas dalam pikiran, beralih dari satu topik menuju topik lain dalam suatu urutan yang bergerak bebas serta tidak mengikuti agenda tertentu.
Dijelaskan kemudian, bahwa asosiasi bebas merupakan proses mengatakan apapun yang terlintas dalam pikiran secara bebas, berkaitan dengan mimpi, fantasi, atau konflik tanpa memberikan komentar apapun. Sedangkan Goble (1991: 137), menjelaskan asosiasi bebas sebagai suatu teknik di mana pasien, dalam keadaan rileks, biasanya berbaring di atas dipan, berbicara tentang apa saja yang melintas dalam pikirannya, tanpa terlalu banyak dipotong.

c. Analisis Mimpi
Mimpi, dipercaya Freud sebagai “jalan yang sangat baik menuju ketaksadaran”. Hal tersebut didasari kepercayaan Freud bahwa mimpi itu perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran lewat yang tersamar. Dalam hal ini, mimpi mengandung muatan manifes atau manifest content dan content latent atau muatan laten. Yang disebut pertama merupakan materi mimpi yang dialami dan dilaporkan. Sedangkan yang disebut kemudian, ialah materi bawah sadar yang disimbolisasikan atau diwakili oleh mimpi.
Sebagai contoh, Tedi bermimpi terbang menaiki Garuda Indonesia. “Terbang” adalah muatan yang tampak atau muatan manifes dari mimpi. Freud percaya bahwa “terbang” merupakan simbol dari ereksi, jadi mungkin muatan laten dari mimpi merefleksikan isi bawah sadar yang berkaitan dengan ketakutan akan impotensi.
Analisis mimpi, sebenarnya lebih dapat dipahami sebagai suatu bentuk asosiasi bebas, tapi dalam konsep Freud, mimpi merupakan suatu bentuk kegiatan mental yang sangat terorganisasi sehingga patut diperhatikan secara khusus.

d. Transferensi
Dalam psikoanalitik Freud, transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada terapis. Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketaksadaran pasien karena alat ini mendorong pasien untuk menghidupkan kembali pelbagai pengalaman emosional dari tahun-tahun awal kehidupannya.

Transferensi pada tahap yang paling kritis berefek abreaksi (pelepasan tegangan emosional) pada pasien. Efek lain yang mungkin, ada dua, yaitu positif dan negatif. Positif: saat pasien secara terbuka mentransferkan perasaan-perasaannya sehingga menyebabkan kelekatan, ketergantungan, bahkan cinta kepada terapis. Negatif: tatkala kebencian, ketidaksabaran, dan kadang-kadang perlawanan yang keras terhadap terapis. Dan ini dapat berefek fatal terhadap proses terapi.
e. Penafsiran
Penafsiran itu sendiri adalah penjelasan dari psikoanalis tentang makna dari asosiasi-asosiasi, pelbagai mimpi, dan transferensi dari pasien. Sederhananya, yaitu setiap pernyataan dari terapis yang menafsirkan masalah pasien dalam suatu cara yang baru. Penafsiran oleh analis harus memperhatikan waktu. Dia harus dapat memilah atau memprediksi kapan waktu yang baik dan tepat untuk membicarakan penafsirannya kepada pasien.
Karena penafsiran merupakan masalah yang begitu kritis, analis harus benar-benar menyadari mekanisme-mekanisme dan pelbagai dorongan untuk mempertahankan dirinya sebab kalau tidak dia akan jatuh ke dalam perangkap penafsiran terhadap pelbagai perasaan dan pikiran dinamik pasien menurut sederet pengalaman dan masalah hidup analis sendiri. Inilah alasannya mengapa psikoanalis harus menjalani analisis diri pribadi.

Kelebihan Dan Kekurangan Terapi Psikoanalisis

Kelebihan
· Terapi ini memiliki dasar teori yang kuat. · Dengan terapi ini terapis bisa lebih mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien.
· Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya.

Kekurangan
· Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang
· Memakan banyak biaya bagi klien
· Karena waktunya lama, bisa membuat klien menjadi jenuh
· Diperlukan terapis yang benar-benar terlatih untuk melakukan terapi


Sumber:
Naisaban, L. (2004). Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, Dan Karya. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.
Aminulah, Aabf Arwani. Terapi Psikoanalitik. http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2010/12/27/terapi-psikoanalitik-328149.html. diubduh pada 25 Maret 2013.
Read More

Monday, January 28, 2013

Bank Mandiri Bank Terbaik Di Indonesia

A. Sejarah Bank Mandiri
Bank Mandiri didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998. Bank Mandiri merupakan hasil peleburan dari empat bank pemerintah yang dijadikan satu yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia. Adapun peleburan keempat Bank ini dilakukan dalam rangka mengikuti bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia.

B. Mandiri My Bank
Bank Mandiri selalu berusaha untuk memberikan pelayan yang terbaik bagi nasabahnya. Bank Mandiri mengutamakan kemudahan transaksi bagi nasabahnya. Hal ini terlihat dari banyak fasilitas yang disediakan oleh Bank Mandiri dalam rangka memberi kemudahan. Fasilitas-fasilitas itu berupa:

1. Mandiri KTA
 Mandiri KTA (kredit tanpa agunan) adalah  layanan yang diberikan bank Mandiri berupa kredit perorangan tanpa agunan atau tanpa jaminan. Dengan persyaratan yang mudah,  Mandiri KTA menawarkan banyak keuntungan,  seperti  nasabah tidak pelu repot-repot memikirkan jaminan kepada pihak bank, cicilan untuk pembayaran kredit juga sangat ringan. Bank Mandiri juga menyediakan 5 pilihan jangka waktu kredit. Dan yang menarik Bank Mandiri menawarkan perlindungan asuransi jiwa bagi nasabah pengaju kredit. 
Kredit tanpa agunan ini dapat dimanfaatkan nasabah untuk modal usaha, biaya pendidikan, dan kebutuhan financial lainnya. 
2. Mandiri KPR
Mandiri KPR merupakan layanan yang dikeluarkan Bank Mandiri untuk membantu nasabahnya yang ingin memiliki rumah, apartemen, ruko dan tempat usaha lainnya. KPR itu sendiri berarti kredit pemilik rumah. 
Mandiri KPR menawarkan beberapa fitur yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabahnya seperti Mandiri KPR Duo, Mandiri KPR Take Over, MAndiri KPR Top Up, Mandiri KPR Flexible dan Mandiri KPR Angsuran Berjenjang.
Bank Mandiri selalu menawarkan banyak keuntungan bagi  nasabahnya. Keuntungan yang bisa diterima nasabah dari Mandiri KPR ialah prosesnya yang mudah dan cepat, suku bunga yang sudah pasti kompetitif, uang muka yang ringan dan yang paling penting jangka waktu yang disediakan Bank Mandiri untuk proses kredit ini sangat fkexibel yaitu sampai dengan 15 tahun.
3. Mandiri Tabungan
Dengan setoran awal Rp. 50.000 seseorang sudah bisa menjadi nasabah dari Bank Mandiri. Dengan menjadi nasabah, otomatis seseorang sudah dapat menikmati sejumlah fasilitas yang disiapkan oleh Bank Mandiri seperti  fasilitas Mandiri SMS, Mandiri Internet dan Mandiri call yang pastinya selalu on 24 jam.
Untuk mempermudah nasabahnya dalam bertransaksi, Bank Mandiri menyediakan layanan weekend banking pada hari Sabtu dan Minggu di beberapa cabang. Jadi untuk anda yang tidak sempat menabung  atau bertransaksi pada hari senin-jumad, bank Mandiri menyediakan layanan weekend yang pastinya sangat membantu.
4. Mandiri Tabungan Rencana
Sedia payung sebelum hujan merupakan pribahasa yang sudah lazim di dengar.  Arti dari pribahasa ini ialah agar seseorang menyiapkan segala sesuatunya untuk mengatasi kemungkinan yang akan terjadi didepannya. Bank Mandiri juga memikirkan kemungkinan yang akan terjadi pada nasabahnya di hari esok, sehingga Bank Mandiri menawarkan layanan Mandiri Tabungan Rencana. Tujuan dari Mandiri Tabungan Rencana ialah untuk mempersiapkan masa depan terbaik bagi nasabahnya. Keuntungan yang didapatkan dari  Mandiri Tabungan Rencana ialah kebebasan menetukan dan mengubah setoran bulanan mulai dari Rp. 100.000. Semakin banyak uang yang ditabung, maka akan semakin banyak pula bunga yang diperoleh, mendapat perlindungan asurasi gratis bagi penabung, mendapatkan layanan konsultasi gratis dengan customer service yang professional dan masih banyak keuntungan lainnya. 
Kalau bisa mempersiakan yang terbaik dari hari ini kenapa tidak?


Read More

Saturday, January 5, 2013

Multikultiralisme



  • Definisi 

Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu.
“Multikulturalisme” pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik (Azyumardi Azra, 2007)
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam kumunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (“A Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis, customs and practices”; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra, 2007).
Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain (Lawrence Blum, dikutip Lubis, 2006:174)
Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan, 2002, merangkum Fay 2006, Jari dan Jary 1991, Watson 2000)
Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut (A. Rifai Harahap, 2007, mengutip M. Atho’ Muzhar).


  • Multikulturalisme di Indonesia
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah mayarakat multikultural. Bila kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Linton), maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan multikurtural memiliki makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu.
Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.
Dari sinilah muncul istilah multikulturalisme. Banyak definisi mengenai multikulturalisme, diantaranya multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia -yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan- yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahamni sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam “politics of recognition” (Azyumardi Azra, 2007). Lawrence Blum mengungkapkan bahwa multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Berbagai pengertian mengenai multikulturalisme tersebut dapat ddisimpulkan bahwa inti dari multikulturalisme adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang ditekankan untuk saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di masyarakat. Apapun bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap orang tanpa membeda-bedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.
Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan akibat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana stiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas pada keberadaan kebudayaan yang sangat banyak dan beraneka ragam.
Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan yang menghalangi terbentuknya multikulturalisme di masyarakat. 
Multikultural dapat terjadi di Indonesia karena: 1. Letak geografis indonesia 2. perkawinan campur 3. iklim

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme

Read More

Akulturasi Psikologi


  • Pengertian Psikologi Akulturasi
Psychology Acculturation atau yang dalam bahasa indonesia disebut sebagai Akulturasi Psikologi adalah istilah yang pertama kali dikemukakan oleh Graves. Graves melakukan banyak studi dan penelitian tentang Psychology Acculturation. Beliau yang petama kali mendefinisikannya. Menurut Graves (dalam Flannery, 2001) Akulturasi Psikologis didefinisikan sebagai proses adaptasi individu terhadap suatu budaya baru. Lebih lanjut Graves (dalam berry dan Safdar, 2007) mengatakan bahwa akulturasi psikologis merupakan perubahan pada individu yang berpartisipasi dalam situasi kontak budaya yang dipengaruhi oleh budaya dominan dan budaya non-dominan dimana individu menjadi anggotanya. Sedangkan Berry (dalam Dees, 2006) mengartikannya sebagai proses dimana individu mengalami perubahan, baik karena dipengaruhi oleh adanya kontak dengan budaya lain, serta karena berpartisipasi dalam perubahan akulturatif umum yang berlangsung dalam budaya mereka sendiri. Ia juga mengatakan bahwa untuk menyadari akulturasi psikologi pada individu, kita perlu mempertimbangkan perubahan psikologis yang dilalui oleh individu dan peristiwa-peristiwa adaptasi mereka pada situasi baru. Sedangkan pandangan Dees (2006) yang berlawanan dengan pendapat Berry, mengasumsikan bahwa Akulturasi Psikologi lebih meneliti dampak dari hubungan antar budaya pada tingkat individu bukan terfokus pada tingkat perubahan yang terjadi pada individu dari kelompok budaya yang berbeda. Dari berbagai pendapat tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa Akulturasi psikologi (Psychology Acculturation) adalah perubahan perilaku.

  • Dampak Akulturasi bagi Indonesia
Berdasarkan penjabaran diatas, dapat terlihat bahwa strategi akulturasi yang terjadi di Indonesia adalah asimilasi, yaitu kebanyakan individu menolak budaya asli mereka dan secara menyeluruh mengasimilasi budaya luar. Pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia telah membuat perubahan yang besar terhadap perilaku, gaya hidup, bahasa, makanan, pakaian, dan lain-lain. Orang-orang indonesia cenderung mengagung-agungkan budaya barat dan melupakan budaya aslinya sendiri. Hanya sedikit masyarakat yang mempertahankan, menjaga dan melestarikan budaya asli indonesia, yang kebanyakan berasal dari golongan tua. Kebanyakan masyarakat indonesia dari remaja sampai dewasa mengalami perubahan karena masuknya budaya asing tersebut. Dimulai dari pakaian sampai pada gaya hidup. Tidak sedikit masyarakat indonesia yang menggunakan pakaian-pakaian terbuka, minim bahan, dan tidak senonoh yang merupakan fashion di negara barat. Selain itu, sekarang hampir tiap restoran dipenuhi dengan menu steak api, jarang sekali restoran yang menjual gado-gado, karedok, dan sebagainya. Kemudian banyak pula warga indonesia yang berbicara menggunakan bahasa inggris dengan sesama orang indonesia, baik itu para selebritis maupun para karyawan di kantor. Lalu gaya hidup, masyarakat indonesia terutama para golongan elit memiliki selera dan gaya hidup layaknya orang barat. Mulai dari desain rumah, perabotan rumah, sampai hampir pada tiap barang yang di beli dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya barat. Singkatnya, budaya luar (budaya barat) yang masuk ke indonesia membuat banyak perubahan dalam perilaku individu.    

Sumber: http://xihuanpsychology.blogspot.com/2012/12/akulturasi-psikologi.html

Read More

Monday, April 15, 2013

Logoterapi


Logoterapi pertama diperkenalkan oleh Frankle. "Logos" dalam bahasa Yunani berarti makna atau arti (meaning), tetapi dapat juga menunjukkan sesuatu yang bersifat rohaniah, spiritual. Sehingga, logoterapi dimaksudkan sebagai corak psikologi yang dilandasi pengakuan mengenai manusia memiliki dimensi rohanian selain dimensi jasmania. Logoterapi berasumsi bahwa makna hidup dan hasrat untuk hidup merupakan daya pendorong atau motivasi utama manusia untuk mencapai kehidupan yang penuh makna. Logoterapi memandang manusia sebagai totalitas yang terdiri dari tiga dimensi; fisik, psikis, spiritual. Untuk memahami diri dan kesehatan, kita harus memperhitungkan ketiganya. Selama ini dimensi spiritual diserahkan pada agama, dan pada gilirannya agama tidak diajak bicara untuk urusan fisik dan psikilogis. Kedokteran, termasuk psikologi telah mengabaikan dimensi spiritual sebagai sumber kesehatan dan kebahagiaan(Jalaluddin Rahmat, 2004).
Menurut ajaran logoterapi, bahwa kehidupan ini mempunyai makna dalam keadaan apapun dan bagaimanapun, termasuk dalam penderitaaan sekalipun, hasrat hidup bermakna merupakan motivasi utama dalam kehidupan ini, Manusia memiliki kebebasan dalam upaya menemukan makna hidup, yakni melalui karya-karya yang diciptakannya, hal-hal yang dialami dan dihayati -termasuk cinta kasih-, atau dalam setiap sikap yang diambil terhadap keadaan dan penderitaan yang tidak mungkin terelakkan. Manusia dihadapkan dan diorientasikan kembali kepada makna, tujuan dan kewajiban hidupnya. Kehidupan tidak selalu memberikan kesenangan kepada kita, tetapi senantiasa menawarkan makna yang harus kita jawab. Tujuan hidup buka nlah untuk mencapai keseimbangan tanpa tegangan, melainkan sering dalam kondisi tegangan antara apa yang kita hayati saat ini dengan prospek kita di masa depan. Logoterapi memperteguh daya tahan psikis kita untuk menghadapi berbagai kerawanan hidup yang kita alami. Dalam prakteknya logoterapi dapat mengatasi kasus fobia dengan menggunakan teknik “paradoxical intention”, yaitu mengusahakan agar orang mengubah sikap dari yang semula memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self detachment) terhadap keluhan sendiri, kemudian memandangnya secara humoritas. Logoterapi juga dapat diterapkan pada kasus-kasus frustasi eksistensial, kepapaan hidup, kehampaan hidup, tujuannya adalah membantu kita untuk menyadari adanya daya spiritual Yang terdapat pada setiap orang, agar terungkap nyata (actual) yang semula biasanya ditekan (repressed), terhambat (frustasi) dan diingkari. Energi spiritual tersebut perlu dibangkitkan agar tetap teguh menghadapi setiap kemalangan dan derita.

Tiga Fungsi Manusia menurut Logoterapi
1.Kesadaran dan Ketidaksadaran
2.Hati Nurani
3.Makna

Hakikat Manusia dalam Logoterapi
1. Menurut Frankl manusia merupakan kesatuan utuh dimensi ragawi, kejiwaan dan spiritual. Unitas bio-psiko-spiritual.
2. Frankl menyatakan bahwa manusia memilik dimensi spiritual yang terintegrasi dengan dimensi ragawai dan kejiwaan. Oleh karena itulah Frankl menggunakan istilah noetic sebagai padanan dari spirituality, supaya tidak disalahpahami sebagai konsep agama.
3. Dengan adanya dimensi noetic ini manusia mampu melakukan self-detachment, yakni dengan sadar mengambil jarak terhadap dirinya serta mampu meninjau dan menilai dirinya sendiri.
4. Manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap dunia luar serta senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia dalam lingkungan sosial-budaya serta mampu mengolah lingkungan fisik di sekitarnya.


Sumber:
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.

Monday, March 25, 2013

Terapi Client Centered

Carl Rogers merupakan tokoh yang  mengembangkan terapi client centered. Menurut Rogers kesulitan penyesuaian diri (maladjustment) terjadi bila terdapat kesenjangan yang jauh antara ideal selves dgn real selves sehingga menyakitkan

Tujuan dari terapi client centered adalah  : mengurangi kesenjangan & rasa sakit yg disebabkan dqan  menciptakan iklim kondusif bagi usaha klien untuk menjadi pribadi yang berfungsi penuh


Terapi Client Centered mencoba membantu klien dg memfasilitasi kesadaran klien dengan cara memelihara hubungan klien-terapis. Setiap orang mempunyai sumber-sumber dan kekuatan untuk mengatasi masalahnya sendiri. Secara alamiah setiap orang termotivasi untuk mengembangkan potensi-potensinya dan mencapai aktualisasi diri.
Tonggak terapi client centered adalah beranggapan bahwa klien dalam hubungannya dengan terapis yg menunjang, memiliki kesanggupan untuk menentukan & menjernihkan tujuan-tujuannya sendiri.

Klien dengan segera belajar bahwa dia bertanggung jawab atas dirinya sendiri & bahwa dia bisa belajar lebih bebas untuk memperoleh pemahaman diri yg lebih besar.

3 ciri pribadi terapis
Keselarasan atau kesejatian
         terapis tampil nyata, terintegrasi, bersikap spontan, sanggup menyatakan kemarahan, kekecewaan, kesukaan, ketertarikan dll

Perhatian positif tak bersyarat
         perhatian yg mendalam & tulus, tidak dicampuri oleh evaluasi atau penilaian perasaan, pemikiran & tingkahlaku klien sbg baik atau buruk
Pengertian empatik yang akurat
         mengerti secara peka perasaan & pengalaman klien.

Kelemahan terapi client centered terletak pada cara sejumlah pemraktek menyalahtafsirkan atau menyederhanakan sikap2 sentral dari posisi client centered


Sumber
Findryawati.staff.gunadarma.ac.id

Terapi Humanistik Eksistensial


Terapi humanistik eksistensial lebih memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaman sadar dan juga lebih memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa sekarang bukan pada masa lampau.

Pada dasarnya terapi eksistensial memiliki tujuan untuk meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.

Dalam buku Teori dan Praktek Konseling Psikoterapi oleh Gerald Corey pada tahun 1999, terapi eksistensial juga bertujuan membantu klien menghadapi kecemasan sehubungan dengan pemilihan nilai dan kesadaran bahwa dirinya bukan hanya sekedar korban kekuatan-kekuatan determinisik dari luar dirinya. Terapi eksistensial memiliki cirinya sendiri oleh karena pemahamannya bahwa tugas manusia adalah menciptakan eksistensinya yang bercirikan integritas dan makna.

Fungsi dan Peran Terapis
Tugas utama dari seorang terapis adalah berusaha memahami keberadaan klien dalam dunia yang dimilikinya. Tugas terapis diantaranya adalah membantu klien agar menyadari keberadaanya dalam dunia: “Ini adalah saat ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di dunia yang mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia”. Peran terapis sebagai ”spesialis mata ketimbang pelukis”, yang bertugas memperluas dan memperlebar lapangan visual pasien.

Penerapan Teknik dan Prosedur Terapeutik
Pendekatan eksistensial pada dasarnya tidak memiliki perangkat teknis yang siap pakai seperti kebanyakan pendekatan lainya. Pendekatan ini bisa menggunakan beberapa teknik dan konsep psikoanalitik, juga bisa menggunakan teknik kognitif-behavioral. Metode yang berasal dari Gestalt dan analis Transaksional pun sering digunakan. Akan tetapi pada intinya, teknik dari pendekatan ini adalah penggunaan kemampuan dari pribadi terapis itu sendiri.

Pada saat terapis menemukan keseluruhan dari diri klien, maka saat itulah proses terapeutik berada pada saat yang terbaik. Penemuan kreatifitas diri terapis muncul dari ikatan saling percaya dan kerjasama yang bermakna dari klien dan terapis.

Proses konseling oleh para eksistensial meliputi tiga tahap. Dalam tahap pendahuluan, konselor membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercermin pada eksistensi mereka dan meneliti peran mereka dalam hal pencitpaan masalah dalam kehidupan mereka.

Pada tahap pertengahan, klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dari system mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.

Tahap Terakhir berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupanya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaaan kebebasan pribadinya.



Bentuk Terapi Berdasarkan Jumlah Klien
• Client centered therapy (Rogers)
– Fokus pada klien dg asumsi bhw klien merupakan pakar yang terbaik
bagi dirinya sendiri untuk menyelesaikan masalahnya
– Terapis sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah.

Terapi ini disebut juga client centered therapy atau terapi nondirektif. Teknik ini awalnya dipakai Carl Rogers pada tahun 1942. Teknik ini dipakai secara lebih terbatas pada terapi mahasiwa dan orang-orang dewasa muda lain yang mengalami masalah-masalah penyesuaian diri yang sederhana.
Pendekatan humanistik Rogers terhadap terapi person centered therapy membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik.Rogers berpendapat bahw terapis tidak boleh memaksakan tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang dimilikinya kepada pasien.

• Group therapy
– Memberi kesempatan bagi klien untuk memecahkan masalahnya
dengan kehadiran orang lain untuk mengamati bagaimana reaksi
orang atas perilaku mereka

• Encounter group (kelompok pertemuan)
– Pemecahan masalah untuk mengkaji pengalaman antara para anggota

• Family therapy
– Mengatasi masalah2 keluarga

Kelebihan

  • Efisien
  • Efektif
  • Didukung oleh teknis2 yang telah diuji secara empiris
  • empiris
  • Dapat digunakan secara luas

Sumber:
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius
http://www.psikologizone.com/konseling-terapi-pendekatan-eksistensial/06511676


Terapi Psikoanalisa


Definisi
Terapi psikoanalitik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “psikoanalitik”. Secara eksplisit, “terapi” dalam psikologi berarti perawatan masalah-masalah tingkah laku. Sedangkan “psikoanalitik” merujuk pada metode psikoterapi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud.
Dengan demikian, terapi psikoanalitik dapat dipahami sebagai perawatan yang dikembangkan oleh Freud, dengan memusatkan perhatian pada pengidentifikasian penyebab-penyebab tak sadar dari tingkah laku abnormal dengan menggunakan metode hipnotis, asosiasi bebas, analisis mimpi, transferensi, dan penafsiran.

Metode
Dalam psikoanalsis Freud, metode diterjemahkan sebagai cara yang digunakan untuk membantu pasien dalam memperoleh pemahaman mengenai konflik-konflik tak sadar yang dia alami sekaligus memecahkannya.
Secara umum, ada sekitar lima metode yang digunakan Freud, yaitu hipnotis (pada masa awal), asosiasi bebas, analisis mimpi, transferensi, dan penafsiran.

a. Hipnotis
Awal kemunculan hipnotis diperkirakan sekitar tahun 1700-an, ketika itu, seorang dokter Wina bernama Franz Anton Mesmer memperlihatkan suatu teknik animal magnetism, tapi kemudian berubah menjadi hipnotisme karena penekanan dari teknik tersebut dialihkan untuk menimbulkan suatu keadaan kesadaran yang berubah melalui sugesti verbal.
Freud berpikir dan menyimpulkan bahwa apapun faktor psikologis yang menyebabkan histeria, faktor-faktor itu pasti terletak di luar area kesadaran. Dan pada saat itulah, Freud belajar dan menggunakan hipnotis untuk melihat alam tak sadar manusia.
 Hipnotis adalah suatu prosedur yang menyebabkan sensasi, persepsi, pikiran, perasaan, atau tingkah laku berubah karena disugesti. Huffman, dkk. (1997) seperti ditulis Semiun (h. 555) mengidentifikasi individu yang dihipnotis, bahwa dia yang dihipnotis itu:
  •        perhatiannya dipersempit dan terfokus,
  •        menjadikannya sangat mudah menggunakan imajinasi dan pelbagai halusinasi,
  •        sikap individu itu menjadi pasif dan reseptif,
  •        tanggapan terhadap rasa sakit berkurang,
  •        sangat mudah sekali disugesti, dengan kata lain, kesediannya untuk mengadakan respon terhadap perubahan-perubahan persepsi meningkat.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008), kita akan temukan bahwa hipnotis itu suatu perbuatan yang membuat atau menyebabkan seseorang berada dalam keadaan hipnosis, yaitu keadaan seperti tidur karena sugesti, yang dalam taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali. Dalam terapi psikoanalitik, hipnotis digunakan oleh Freud pada tahap awal kepraktikannya bersama seorang neurolog Prancis kenamaan Jean Charcot dan dokter asal Wina Josef Breuer saat menangani pasien yang mengidap histeria.

b. Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas secara sederhana didefinisikan sebagai bicara bebas, yaitu sesuatu yang tidak lebih dari berbicara tentang apa yang terlintas dalam pikiran, beralih dari satu topik menuju topik lain dalam suatu urutan yang bergerak bebas serta tidak mengikuti agenda tertentu.
Dijelaskan kemudian, bahwa asosiasi bebas merupakan proses mengatakan apapun yang terlintas dalam pikiran secara bebas, berkaitan dengan mimpi, fantasi, atau konflik tanpa memberikan komentar apapun. Sedangkan Goble (1991: 137), menjelaskan asosiasi bebas sebagai suatu teknik di mana pasien, dalam keadaan rileks, biasanya berbaring di atas dipan, berbicara tentang apa saja yang melintas dalam pikirannya, tanpa terlalu banyak dipotong.

c. Analisis Mimpi
Mimpi, dipercaya Freud sebagai “jalan yang sangat baik menuju ketaksadaran”. Hal tersebut didasari kepercayaan Freud bahwa mimpi itu perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran lewat yang tersamar. Dalam hal ini, mimpi mengandung muatan manifes atau manifest content dan content latent atau muatan laten. Yang disebut pertama merupakan materi mimpi yang dialami dan dilaporkan. Sedangkan yang disebut kemudian, ialah materi bawah sadar yang disimbolisasikan atau diwakili oleh mimpi.
Sebagai contoh, Tedi bermimpi terbang menaiki Garuda Indonesia. “Terbang” adalah muatan yang tampak atau muatan manifes dari mimpi. Freud percaya bahwa “terbang” merupakan simbol dari ereksi, jadi mungkin muatan laten dari mimpi merefleksikan isi bawah sadar yang berkaitan dengan ketakutan akan impotensi.
Analisis mimpi, sebenarnya lebih dapat dipahami sebagai suatu bentuk asosiasi bebas, tapi dalam konsep Freud, mimpi merupakan suatu bentuk kegiatan mental yang sangat terorganisasi sehingga patut diperhatikan secara khusus.

d. Transferensi
Dalam psikoanalitik Freud, transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada terapis. Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketaksadaran pasien karena alat ini mendorong pasien untuk menghidupkan kembali pelbagai pengalaman emosional dari tahun-tahun awal kehidupannya.

Transferensi pada tahap yang paling kritis berefek abreaksi (pelepasan tegangan emosional) pada pasien. Efek lain yang mungkin, ada dua, yaitu positif dan negatif. Positif: saat pasien secara terbuka mentransferkan perasaan-perasaannya sehingga menyebabkan kelekatan, ketergantungan, bahkan cinta kepada terapis. Negatif: tatkala kebencian, ketidaksabaran, dan kadang-kadang perlawanan yang keras terhadap terapis. Dan ini dapat berefek fatal terhadap proses terapi.
e. Penafsiran
Penafsiran itu sendiri adalah penjelasan dari psikoanalis tentang makna dari asosiasi-asosiasi, pelbagai mimpi, dan transferensi dari pasien. Sederhananya, yaitu setiap pernyataan dari terapis yang menafsirkan masalah pasien dalam suatu cara yang baru. Penafsiran oleh analis harus memperhatikan waktu. Dia harus dapat memilah atau memprediksi kapan waktu yang baik dan tepat untuk membicarakan penafsirannya kepada pasien.
Karena penafsiran merupakan masalah yang begitu kritis, analis harus benar-benar menyadari mekanisme-mekanisme dan pelbagai dorongan untuk mempertahankan dirinya sebab kalau tidak dia akan jatuh ke dalam perangkap penafsiran terhadap pelbagai perasaan dan pikiran dinamik pasien menurut sederet pengalaman dan masalah hidup analis sendiri. Inilah alasannya mengapa psikoanalis harus menjalani analisis diri pribadi.

Kelebihan Dan Kekurangan Terapi Psikoanalisis

Kelebihan
· Terapi ini memiliki dasar teori yang kuat. · Dengan terapi ini terapis bisa lebih mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien.
· Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya.

Kekurangan
· Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang
· Memakan banyak biaya bagi klien
· Karena waktunya lama, bisa membuat klien menjadi jenuh
· Diperlukan terapis yang benar-benar terlatih untuk melakukan terapi


Sumber:
Naisaban, L. (2004). Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, Dan Karya. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.
Aminulah, Aabf Arwani. Terapi Psikoanalitik. http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2010/12/27/terapi-psikoanalitik-328149.html. diubduh pada 25 Maret 2013.

Monday, January 28, 2013

Bank Mandiri Bank Terbaik Di Indonesia

A. Sejarah Bank Mandiri
Bank Mandiri didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998. Bank Mandiri merupakan hasil peleburan dari empat bank pemerintah yang dijadikan satu yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia. Adapun peleburan keempat Bank ini dilakukan dalam rangka mengikuti bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia.

B. Mandiri My Bank
Bank Mandiri selalu berusaha untuk memberikan pelayan yang terbaik bagi nasabahnya. Bank Mandiri mengutamakan kemudahan transaksi bagi nasabahnya. Hal ini terlihat dari banyak fasilitas yang disediakan oleh Bank Mandiri dalam rangka memberi kemudahan. Fasilitas-fasilitas itu berupa:

1. Mandiri KTA
 Mandiri KTA (kredit tanpa agunan) adalah  layanan yang diberikan bank Mandiri berupa kredit perorangan tanpa agunan atau tanpa jaminan. Dengan persyaratan yang mudah,  Mandiri KTA menawarkan banyak keuntungan,  seperti  nasabah tidak pelu repot-repot memikirkan jaminan kepada pihak bank, cicilan untuk pembayaran kredit juga sangat ringan. Bank Mandiri juga menyediakan 5 pilihan jangka waktu kredit. Dan yang menarik Bank Mandiri menawarkan perlindungan asuransi jiwa bagi nasabah pengaju kredit. 
Kredit tanpa agunan ini dapat dimanfaatkan nasabah untuk modal usaha, biaya pendidikan, dan kebutuhan financial lainnya. 
2. Mandiri KPR
Mandiri KPR merupakan layanan yang dikeluarkan Bank Mandiri untuk membantu nasabahnya yang ingin memiliki rumah, apartemen, ruko dan tempat usaha lainnya. KPR itu sendiri berarti kredit pemilik rumah. 
Mandiri KPR menawarkan beberapa fitur yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabahnya seperti Mandiri KPR Duo, Mandiri KPR Take Over, MAndiri KPR Top Up, Mandiri KPR Flexible dan Mandiri KPR Angsuran Berjenjang.
Bank Mandiri selalu menawarkan banyak keuntungan bagi  nasabahnya. Keuntungan yang bisa diterima nasabah dari Mandiri KPR ialah prosesnya yang mudah dan cepat, suku bunga yang sudah pasti kompetitif, uang muka yang ringan dan yang paling penting jangka waktu yang disediakan Bank Mandiri untuk proses kredit ini sangat fkexibel yaitu sampai dengan 15 tahun.
3. Mandiri Tabungan
Dengan setoran awal Rp. 50.000 seseorang sudah bisa menjadi nasabah dari Bank Mandiri. Dengan menjadi nasabah, otomatis seseorang sudah dapat menikmati sejumlah fasilitas yang disiapkan oleh Bank Mandiri seperti  fasilitas Mandiri SMS, Mandiri Internet dan Mandiri call yang pastinya selalu on 24 jam.
Untuk mempermudah nasabahnya dalam bertransaksi, Bank Mandiri menyediakan layanan weekend banking pada hari Sabtu dan Minggu di beberapa cabang. Jadi untuk anda yang tidak sempat menabung  atau bertransaksi pada hari senin-jumad, bank Mandiri menyediakan layanan weekend yang pastinya sangat membantu.
4. Mandiri Tabungan Rencana
Sedia payung sebelum hujan merupakan pribahasa yang sudah lazim di dengar.  Arti dari pribahasa ini ialah agar seseorang menyiapkan segala sesuatunya untuk mengatasi kemungkinan yang akan terjadi didepannya. Bank Mandiri juga memikirkan kemungkinan yang akan terjadi pada nasabahnya di hari esok, sehingga Bank Mandiri menawarkan layanan Mandiri Tabungan Rencana. Tujuan dari Mandiri Tabungan Rencana ialah untuk mempersiapkan masa depan terbaik bagi nasabahnya. Keuntungan yang didapatkan dari  Mandiri Tabungan Rencana ialah kebebasan menetukan dan mengubah setoran bulanan mulai dari Rp. 100.000. Semakin banyak uang yang ditabung, maka akan semakin banyak pula bunga yang diperoleh, mendapat perlindungan asurasi gratis bagi penabung, mendapatkan layanan konsultasi gratis dengan customer service yang professional dan masih banyak keuntungan lainnya. 
Kalau bisa mempersiakan yang terbaik dari hari ini kenapa tidak?


Saturday, January 5, 2013

Multikultiralisme



  • Definisi 

Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu.
“Multikulturalisme” pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik (Azyumardi Azra, 2007)
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam kumunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (“A Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis, customs and practices”; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra, 2007).
Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain (Lawrence Blum, dikutip Lubis, 2006:174)
Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan, 2002, merangkum Fay 2006, Jari dan Jary 1991, Watson 2000)
Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut (A. Rifai Harahap, 2007, mengutip M. Atho’ Muzhar).


  • Multikulturalisme di Indonesia
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah mayarakat multikultural. Bila kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Linton), maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan multikurtural memiliki makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu.
Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.
Dari sinilah muncul istilah multikulturalisme. Banyak definisi mengenai multikulturalisme, diantaranya multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia -yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan- yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahamni sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam “politics of recognition” (Azyumardi Azra, 2007). Lawrence Blum mengungkapkan bahwa multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Berbagai pengertian mengenai multikulturalisme tersebut dapat ddisimpulkan bahwa inti dari multikulturalisme adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang ditekankan untuk saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di masyarakat. Apapun bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap orang tanpa membeda-bedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.
Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan akibat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana stiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas pada keberadaan kebudayaan yang sangat banyak dan beraneka ragam.
Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan yang menghalangi terbentuknya multikulturalisme di masyarakat. 
Multikultural dapat terjadi di Indonesia karena: 1. Letak geografis indonesia 2. perkawinan campur 3. iklim

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme

Akulturasi Psikologi


  • Pengertian Psikologi Akulturasi
Psychology Acculturation atau yang dalam bahasa indonesia disebut sebagai Akulturasi Psikologi adalah istilah yang pertama kali dikemukakan oleh Graves. Graves melakukan banyak studi dan penelitian tentang Psychology Acculturation. Beliau yang petama kali mendefinisikannya. Menurut Graves (dalam Flannery, 2001) Akulturasi Psikologis didefinisikan sebagai proses adaptasi individu terhadap suatu budaya baru. Lebih lanjut Graves (dalam berry dan Safdar, 2007) mengatakan bahwa akulturasi psikologis merupakan perubahan pada individu yang berpartisipasi dalam situasi kontak budaya yang dipengaruhi oleh budaya dominan dan budaya non-dominan dimana individu menjadi anggotanya. Sedangkan Berry (dalam Dees, 2006) mengartikannya sebagai proses dimana individu mengalami perubahan, baik karena dipengaruhi oleh adanya kontak dengan budaya lain, serta karena berpartisipasi dalam perubahan akulturatif umum yang berlangsung dalam budaya mereka sendiri. Ia juga mengatakan bahwa untuk menyadari akulturasi psikologi pada individu, kita perlu mempertimbangkan perubahan psikologis yang dilalui oleh individu dan peristiwa-peristiwa adaptasi mereka pada situasi baru. Sedangkan pandangan Dees (2006) yang berlawanan dengan pendapat Berry, mengasumsikan bahwa Akulturasi Psikologi lebih meneliti dampak dari hubungan antar budaya pada tingkat individu bukan terfokus pada tingkat perubahan yang terjadi pada individu dari kelompok budaya yang berbeda. Dari berbagai pendapat tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa Akulturasi psikologi (Psychology Acculturation) adalah perubahan perilaku.

  • Dampak Akulturasi bagi Indonesia
Berdasarkan penjabaran diatas, dapat terlihat bahwa strategi akulturasi yang terjadi di Indonesia adalah asimilasi, yaitu kebanyakan individu menolak budaya asli mereka dan secara menyeluruh mengasimilasi budaya luar. Pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia telah membuat perubahan yang besar terhadap perilaku, gaya hidup, bahasa, makanan, pakaian, dan lain-lain. Orang-orang indonesia cenderung mengagung-agungkan budaya barat dan melupakan budaya aslinya sendiri. Hanya sedikit masyarakat yang mempertahankan, menjaga dan melestarikan budaya asli indonesia, yang kebanyakan berasal dari golongan tua. Kebanyakan masyarakat indonesia dari remaja sampai dewasa mengalami perubahan karena masuknya budaya asing tersebut. Dimulai dari pakaian sampai pada gaya hidup. Tidak sedikit masyarakat indonesia yang menggunakan pakaian-pakaian terbuka, minim bahan, dan tidak senonoh yang merupakan fashion di negara barat. Selain itu, sekarang hampir tiap restoran dipenuhi dengan menu steak api, jarang sekali restoran yang menjual gado-gado, karedok, dan sebagainya. Kemudian banyak pula warga indonesia yang berbicara menggunakan bahasa inggris dengan sesama orang indonesia, baik itu para selebritis maupun para karyawan di kantor. Lalu gaya hidup, masyarakat indonesia terutama para golongan elit memiliki selera dan gaya hidup layaknya orang barat. Mulai dari desain rumah, perabotan rumah, sampai hampir pada tiap barang yang di beli dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya barat. Singkatnya, budaya luar (budaya barat) yang masuk ke indonesia membuat banyak perubahan dalam perilaku individu.    

Sumber: http://xihuanpsychology.blogspot.com/2012/12/akulturasi-psikologi.html

Popular Posts

Blogroll

Happy Apple

Blogger news

Search This Blog

Powered by Blogger.

© gp GETRUDE blog, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena